Menu

Kamis, 22 Desember 2011

Ternyata, Teh Botol Tak Punya Manfaat Antioksidan

HASIL analisa tentang tingkat antioksidan pada teh botol kemasan menyimpulkan bahwa konsumen tidak mendapatkan manfaat dari teh yang diminumnya.

Konsumen yang sadar kesehatan mungkin tidak mendapatkan apa-apa saat mengeluarkan uang untuk membeli teh botoh kemasan, termasuk dosis sehat antioksidan, atau polifenol yang diyakini dapat mencegah berbagai penyakit.

Para ilmuwan melaporkan hasil kesimpulan tersebut pada National Meeting of the American Chemical Society (ACS) ke-240. Mereka menegaskan, banyak minuman kemasan—termasuk yang mereka analisa—semakin populer di kalangan warga Amerika Serikat dengan penjualan senilai USD1 miliar. Ternyata, kandungan polifenol di dalamnya kurang dari secangkir teh hijau atau teh hitam, porsi rumah tangga. Bahkan, beberapa merek mengandung lebih sedikit polifenol hingga konsumen harus mengonsumsi 20 botol untuk mendapatkan manfaat polifenol yang setara dengan satu cangkir teh.

"Konsumen mengerti dengan baik konsep manfaat kesehatan dari minum teh atau mengonsumsi produk teh lainnya," kata Shiming Li PhD, yang melaporkan hasil studi bersama Profesor Chi-Tang Ho dan rekan-rekan peneliti lainnya, seperti dikutip dari Health24, Selasa (24/8/2010).

"Namun, ada kesenjangan besar antara persepsi bahwa mengonsumsi teh adalah menyehatkan dengan jumlah sebenarnya dari nutrisi sehat, yakni polifenol, yang ditemukan dalam minuman teh botol. Analisis kami terhadap minuman teh botol menemukan bahwa kandungan polifenol di dalamnya sangat rendah," paparnya.

Zat tambahan

Li mengatakan bahwa di samping isi polifenol rendah, teh botol berisi zat komersial lainnya, termasuk sejumlah besar gula dan kalori dimana konsumen yang sadar kesehatan berusaha menghindari.

Hampir tidak ada antioksidan

Li dan koleganya mengukur tingkat polifenol—kelompok antioksidan alami terkait dengan antikanker, antiinflamasi, dan antidiabetes—enam merek teh botol yang dibeli dari supermarket. Setengah dari merek tersebut berisi apa yang dicirikan Li sebagai "hampir tidak ada" antioksidan. Merek lainnya hanya memiliki sejumlah kecil polifenol di mana Li menegaskan, mungkin hanya membawa sedikit manfaat kesehatan, apalagi mengingat asupan gula tinggi dari minuman tel botol.

"Seseorang harus minum botol demi botol teh untuk menerima manfaat kesehatan. Saya sangat terkejut dengan isi polifenol rendah. Saya bahkan tidak menyangka serendah itu tingkat polifenol di dalamnya," katanya.

Enam teh yang dianalisis Li berisi 81 mg, 43 mg, 40 mg, 13 mg, 4 mg, dan 3 mg polifenol per botol isi 450 g. Padahal, satu cangkir rata-rata teh hijau atau teh hitam yang diseduh di rumah—yang hanya menghabiskan biaya jauh lebih sedikit—bisa mengandung polifenol 50-150 mg.

Minuman populer

Setelah air, teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi. Penjualan teh di Amerika Serikat telah meningkat empat kali lipat sejak 1990 dan total penjualan sekarang sekira USD 7 miliar per tahun. Alasan utama tentu karena konsumen yakin dengan bukti ilmiah yang menyatakan bahwa polifenol dan antioksidan lainnya dalam teh dapat mengurangi risiko kanker, penyakit jantung, dan penyakit lainnya.

Li mengatakan bahwa beberapa produsen teh mencantumkan polifenol pada label botol. Tetapi, jumlah yang dicantumkan mungkin salah karena tidak ada standar pemerintah atau industri atau pedoman pengukuran serta daftar senyawa polifenolik dalam produk tertentu.

Sebuah kantong teh biasa, misalnya, beratnya sekira 2,2 g dapat berisi sebanyak 175 mg polifenol. Tapi, penurunan tingkat polifenol saat kantong teh dimasukkan ke air panas juga penting untuk diperhatikan. Kandungan polifenol juga dapat bervariasi bergantung pada bagaimana produsen mengubah proses pengolahannya, termasuk kuantitas dan kualitas teh yang digunakan untuk menyiapkan tumpukan batch dan waktu menyeduh teh.

"Rasa polifenol itu pahit, tetapi untuk menargetkan semakin banyak konsumen, produsen ingin mengurangi rasa pahit. Cara termudah adalah mengurangi jumlah teh yang membuat kandungan polifenol teh juga rendah, tapi membuat rasanya lebih manis," jelas Li.

Li menggunakan teknik laboratorium standar, disebut kromatografi cair kinerja tinggi (high-performance liquid chromatography/HPLC) untuk mengukur polifenol dalam minuman teh botol. Ia berharap penelitian ini akan mendorong penggunaan HPLC yang sama oleh produsen dan lainnya untuk menyediakan konsumen soal informasi gizi yang lebih baik.(ftr)

Artikel Terkait Lainnya :



2 komentar: