"Biasanya petani, membasmi hama dengan pestisida. Sisa-sisa pestisida itu terbawa air sungai yang mengalir ke pedesaan. Air yang sudah bercampur pestisida itu termakan oleh ibu hamil. Atau daun yang sudah disemprot pestisida termakan oleh ibu hamil. Ini semua bisa menyebabkan terjadinya cacat bibir sumbing pada bayi yang dikandungnya," ujar Ketua Umum Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL), Prof. Em. Tet Soeparwadi, Drg. Sp.B.M., didampingi pengawas DR. Antje Mariana Mamoen, S.H., saat ditemui di kantornya, Jln. Sekeloa Selatan No. 1 Bandung, Rabu (14/12).
Dari itulah, Tet Soeparwadi meminta agar masyarakat waspada terhadap makanan-makanan jangan sampai makanan yang mengandung pestisida termakan karena akan berakibat patal terutama bagi ibu hamil. Menurut dia, cacat bibir sumbing juga bisa terjadi akibat kurangnya gizi terutama ibu hamil yang kekurangan vitamin B. "Ibu hamil yang kekurangan gizi dan vitamin dapat menyebabkan cacat bibir sumbing pada bayinya," katanya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, dari sekitar 600 ibu hamil yang melahirkan, satu bayi menderita cacat bibir sumbing. "Ini untuk ukuran Indonesia, di Eropa 1.000 berbanding satu. Artinya di Indonesia masih tinggi resiko bayi terlahir cacat bibir sumbing," katanya.
Pengawas YPPCBL, Antje Mariana mengatakan, bagi bayi yang telah lahir dengan cacat bibir sumbing, bisa diatasi dengan cara operasi. Namun saat ini terutama di pedesaan atau di pedalaman. Untuk melakukan operasi itu tidak bisa dilakukan karena terkendala dana dan terkadang orang tuanya sengaja tidak memberikan anaknya untuk dioperasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar